Bos Tanpa Arah, Bawahan Tanpa Perlindungan

Gambar hanya ilustrasi 

JENAWI | PEKANBARU - Di banyak perusahaan, ada dua jenis pemimpin: mereka yang memimpin dengan keteladanan — dan mereka yang hanya berkuasa karena kedekatan. Yang pertama menumbuhkan kepercayaan. Yang kedua, menumbuhkan ketakutan. Sayangnya, yang kedua jauh lebih sering kita jumpai.

Fenomena “bos instan” makin marak: mereka tidak memahami sistem kerja, tak paham strategi, dan tak peduli pada kesejahteraan tim. Mereka hadir bukan karena kompetensi, tapi karena koneksi. Akibatnya, perusahaan kehilangan arah, dan bawahan kehilangan semangat.

Bos semacam ini sering bersembunyi di balik jabatan. Ia hanya tahu memerintah — menyuruh sana, menyuruh sini — tanpa pernah memberi contoh atau tanggung jawab nyata. Ketika ada keberhasilan, ia berdiri di depan kamera. Tapi ketika ada kesalahan, ia bersembunyi di balik pundak bawahannya.

Dalam logika kepemimpinan sejati, kuasa bukan soal kedekatan dengan pemilik perusahaan, tapi soal kemampuan mengarahkan dan melindungi tim. Bos yang bijak tahu bahwa keberhasilan perusahaan tidak lahir dari perintah keras, melainkan dari rasa aman, saling percaya, dan dukungan terhadap kinerja bawahan.

Namun yang sering terjadi, bawahan justru menjadi tameng. Mereka bekerja dalam tekanan, disalahkan ketika gagal, tapi diabaikan ketika sukses. Padahal, pemimpin sejati tak pernah membiarkan anak buahnya berdarah demi menutupi ketidakmampuannya sendiri.

Untuk para bos yang seperti ini — dengarlah dengan jujur: jabatan bukan tameng, tapi ujian. Ketika Anda tidak paham apa yang harus dikerjakan, tapi masih berani memerintah, Anda bukan sedang memimpin — Anda sedang menjerumuskan.

Kepemimpinan sejati lahir dari pengetahuan, empati, dan keberanian menanggung beban bersama. Seorang bos yang baik bukan yang paling banyak bicara, tapi yang paling siap berdiri di depan saat masalah datang.

“Pemimpin sejati tidak butuh kedekatan untuk dihormati. Ia cukup adil, cukup paham, dan cukup berani untuk bertanggung jawab.”

Dan bagi bawahan yang bekerja di bawah bos seperti itu — ingatlah: loyalitas bukan berarti tunduk pada kebodohan. Tunduklah pada profesionalisme, bukan pada ketidakadilan. Karena di dunia kerja yang sehat, hormat diberikan kepada yang layak, bukan kepada yang beruntung duduk di kursi tinggi.


Komentar